seputardigital – Situasi sosial politik yang tengah memanas di sejumlah daerah turut menjadi perhatian serius masyarakat Bali. Untuk mencegah potensi kerusuhan, ribuan pecalang—satuan pengamanan adat khas Bali—dikerahkan ke berbagai titik strategis. Langkah ini dilakukan untuk memastikan aksi demonstrasi yang berlangsung tetap damai dan tidak berubah menjadi anarkis.
Pecalang Turun ke Jalan
Sejak pagi hari, ribuan pecalang dengan pakaian adat seragam hitam putih terlihat berjaga di kawasan Denpasar, Badung, hingga Gianyar. Mereka ditempatkan di perempatan jalan, area pasar tradisional, hingga titik-titik yang berpotensi menjadi lokasi berkumpulnya massa.
Para pecalang membawa perlengkapan sederhana seperti tongkat kayu dan peluit. Namun, lebih dari itu, kehadiran mereka membawa simbol ketertiban adat yang selama ini dihormati oleh masyarakat Bali.
Sinergi dengan Aparat Keamanan
Aksi penjagaan ini tidak dilakukan sendirian. Pecalang bekerja sama dengan kepolisian dan TNI yang juga menurunkan ribuan personel. Sinergi ini diharapkan bisa menciptakan suasana kondusif sehingga aksi masyarakat bisa tersampaikan tanpa merugikan pihak lain.
Kapolda Bali menyampaikan apresiasinya terhadap peran pecalang. “Mereka adalah mitra strategis kami. Pecalang memiliki kedekatan emosional dengan warga, sehingga bisa menjadi penengah jika ada situasi panas,” ujarnya.
Menjaga Bali Tetap Damai
Para pecalang yang diturunkan bukan hanya bertugas mengatur lalu lintas atau menjaga kerumunan, melainkan juga mengedukasi massa aksi. Mereka mendekati peserta demo dengan cara halus, mengingatkan agar tetap menjaga kedamaian sesuai nilai budaya Bali yang menjunjung tinggi harmoni.
“Bali dikenal dunia sebagai pulau damai. Jangan sampai citra itu rusak gara-gara aksi anarkis,” tegas salah satu koordinator pecalang di Denpasar.
Antisipasi Dampak Ekonomi dan Pariwisata
Bali sebagai destinasi pariwisata internasional sangat rentan terhadap gejolak sosial. Kerusuhan kecil sekalipun dapat berdampak besar pada kepercayaan wisatawan mancanegara. Oleh karena itu, pecalang memandang menjaga ketertiban bukan hanya tugas aparat, tetapi juga kewajiban adat demi keberlangsungan ekonomi masyarakat.
Pelaku pariwisata di Bali mendukung langkah ini. Mereka menilai sinergi pecalang dan aparat mampu memberi rasa aman bagi wisatawan. “Wisatawan perlu jaminan keamanan. Kalau mereka merasa tenang, pariwisata tetap berjalan,” ujar Ketua PHRI Bali.
Aspirasi Tetap Disalurkan
Meski fokus menjaga keamanan, pecalang tidak menutup mata terhadap hak masyarakat untuk menyampaikan aspirasi. Mereka memastikan demonstrasi tetap bisa berlangsung, tetapi dengan cara tertib. “Kami tidak melarang aksi. Kami hanya mencegah agar tidak terjadi kekerasan,” jelas seorang bendesa adat.
Respons Warga
Masyarakat Bali menyambut baik langkah pengerahan pecalang. Banyak warga menilai bahwa keterlibatan mereka membuat situasi lebih cair. “Kalau aparat formal terkadang terkesan tegas, tapi kalau pecalang biasanya bisa menenangkan dengan cara kekeluargaan,” ungkap seorang pedagang di Pasar Kumbasari, Denpasar.
Penutup
Kehadiran ribuan pecalang yang merapatkan barisan di Bali menegaskan bahwa kearifan lokal tetap menjadi garda depan dalam menjaga stabilitas. Sinergi dengan aparat keamanan membuat peran mereka semakin penting, tidak hanya sebagai penjaga adat, tetapi juga sebagai penjaga kedamaian dan harmoni masyarakat.
Dengan pendekatan yang humanis, pecalang diharapkan mampu memastikan setiap aksi di Bali berlangsung tertib, damai, dan tidak berubah menjadi anarkis. Bagi Bali, menjaga kedamaian bukan sekadar kewajiban, melainkan juga identitas yang harus dipertahankan.

More Stories
Tips Atasi Charger Gun Tersangkut Saat Isi Daya NETA V-II
Cuaca Kota Kupang Hari Ini: Pagi Berawan Tebal dan Panas
Cuaca Surabaya Hari Ini: Berawan, Suhu Capai 35 Derajat