December 7, 2025

seputardigital

update terbaru informasi teknologi seluruh dunia

Bundo Kanduang Kuatkan Perempuan Minangkabau dalam Menjaga Nilai Adat dan Moral Bangsa

seputardigital.web.id Perempuan Minangkabau memiliki peran sangat penting dalam menjaga tatanan sosial dan budaya masyarakatnya. Dalam filosofi adat Minangkabau, perempuan disebut sebagai “Limpapeh Rumah Gadang”, yaitu tiang utama yang menyangga kehormatan, keseimbangan, dan moralitas keluarga.

Hal ini kembali ditegaskan oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Solok Selatan, Syamsurizaldi, yang menyatakan bahwa Bundo Kanduang menjadi simbol kekuatan perempuan Minang. Mereka berperan bukan hanya di ranah domestik, tetapi juga di ranah sosial dan budaya yang lebih luas.

Menurutnya, di Kabupaten Solok Selatan yang berpenduduk lebih dari 183.000 jiwa, sekitar 65 persen merupakan perempuan. Proporsi ini menunjukkan betapa besar potensi kaum perempuan dalam mengawal tatanan sosial dan menjadi benteng utama generasi muda dari pengaruh negatif zaman modern.

“Bundo Kanduang memiliki posisi strategis dalam menjaga moralitas, nilai adat, dan karakter generasi Minangkabau. Perempuan adalah penopang nilai-nilai luhur yang diwariskan nenek moyang,” ujar Syamsurizaldi.


Tantangan di Era Modern dan Arus Digital

Perkembangan teknologi dan arus informasi yang begitu cepat kini menjadi tantangan besar bagi masyarakat adat, termasuk bagi perempuan Minangkabau. Generasi muda yang akrab dengan dunia digital sering kali menghadapi benturan nilai antara budaya lokal dan gaya hidup modern.

Menurut Syamsurizaldi, kemajuan teknologi membawa dampak positif, tetapi juga berpotensi menggerus nilai-nilai budaya. Banyak anak muda yang mulai kehilangan keterikatan terhadap akar tradisi dan adat istiadat. Dalam konteks ini, peran Bundo Kanduang menjadi sangat penting.

Bundo Kanduang diharapkan mampu menjadi pembimbing moral dan sosial di tengah perubahan zaman. Mereka harus hadir dalam ruang keluarga, pendidikan, dan masyarakat untuk menanamkan kembali nilai-nilai adat seperti sopan santun, gotong royong, serta rasa hormat terhadap orang tua.

Kekuatan perempuan Minangkabau bukan hanya terletak pada kedudukannya dalam keluarga, tetapi juga pada kemampuannya mengadaptasi nilai adat ke dalam konteks modern tanpa kehilangan esensi.


Gerakan Kolektif Bundo Kanduang se-Sumatera Barat

Konsolidasi Bundo Kanduang se-Sumatera Barat menjadi momentum penting dalam memperkuat peran perempuan adat di tingkat provinsi. Pertemuan tersebut menjadi wadah silaturahmi, berbagi pengalaman, dan menyatukan langkah dalam menghadapi tantangan sosial budaya masa kini.

Ketua Bundo Kanduang Sumatera Barat, Neti Wiharni, menegaskan bahwa kegiatan ini diharapkan menjadi gerakan nyata dalam memperkuat budaya dan karakter generasi Minangkabau.

“Konsolidasi ini bukan sekadar pertemuan formal, tetapi gerakan untuk menjaga marwah adat dan memperkuat identitas perempuan Minang di tengah arus modernisasi,” ujarnya.

Menurut Neti, tantangan bagi perempuan Minangkabau saat ini adalah bagaimana tetap teguh pada nilai adat, sekaligus mampu beradaptasi dengan dunia modern yang serba cepat. Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas generasi agar semangat adat tidak hanya berhenti pada generasi tua, tetapi juga dipahami dan dijalankan oleh kaum muda.


Kehadiran Tokoh dan Dukungan Pemerintah Daerah

Kegiatan tersebut turut dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Penasehat Bundo Kanduang Solok Selatan sekaligus Ketua TP PKK, Erniati Khairunas, dan Ketua GOW, Bet Yulian Efi. Hadir pula anggota DPRD, Ketua Lembaga Kerapatan Adat Minangkabau (LKAM), unsur Forkopimda, serta para tokoh perempuan dari berbagai kabupaten dan kota di Sumatera Barat.

Dukungan pemerintah daerah menjadi faktor penting dalam memperkuat gerakan Bundo Kanduang. Pemerintah melihat bahwa pemberdayaan perempuan adat bukan hanya soal pelestarian budaya, tetapi juga tentang pembangunan karakter dan kesejahteraan sosial.

Pemerintah daerah berkomitmen memberikan ruang bagi perempuan untuk aktif dalam pengambilan keputusan publik, terutama di bidang pendidikan, ekonomi kreatif, dan sosial budaya. Perempuan Minang tidak hanya dikenal sebagai ibu rumah tangga, tetapi juga sebagai pendidik, pemimpin komunitas, dan penggerak ekonomi keluarga.


Bundo Kanduang sebagai Benteng Nilai dan Identitas

Perempuan Minangkabau memiliki filosofi kuat dalam menjaga harmoni antara adat dan agama. Prinsip “Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah” menjadi pedoman hidup yang dijaga turun-temurun. Dalam konteks ini, Bundo Kanduang berperan sebagai penjaga moral yang memastikan nilai-nilai tersebut terus diwariskan.

Selain sebagai penjaga adat, Bundo Kanduang juga memainkan peran strategis dalam mendidik anak-anak agar mengenal jati diri sebagai bagian dari masyarakat adat. Melalui pendidikan keluarga, perempuan menjadi pilar pertama dalam membentuk karakter generasi muda yang berakhlak, berbudaya, dan memiliki integritas.

Bundo Kanduang bukan hanya simbol perempuan Minang, tetapi juga representasi dari kekuatan, kecerdasan, dan keteguhan hati. Mereka telah membuktikan bahwa nilai-nilai tradisi bisa berdampingan dengan kemajuan zaman, tanpa kehilangan identitas dan martabat.


Kesimpulan: Perempuan Minangkabau sebagai Pilar Bangsa

Gerakan Bundo Kanduang di Sumatera Barat menunjukkan bahwa perempuan memiliki posisi penting dalam mempertahankan budaya dan membangun bangsa. Dengan semangat kebersamaan, mereka menjadi penjaga nilai, pendidik generasi, dan pelopor perubahan positif di masyarakat.

Perempuan Minangkabau, dengan peran adatnya yang kuat, diharapkan terus berkontribusi dalam menjaga moralitas bangsa di tengah tantangan global. Bundo Kanduang bukan sekadar bagian dari sejarah, tetapi kekuatan hidup yang terus menginspirasi masa depan Indonesia yang beradab dan berbudaya.

Cek Juga Artikel Dari Platform bengkelpintar.org