seputardigital.web.id Media sosial kembali dihebohkan dengan video yang memperlihatkan warga di Kabupaten Tanjungjabung Timur, Jambi, terpaksa mengangkut jenazah menggunakan jonder, yaitu kendaraan alat berat yang biasa digunakan untuk mengangkut hasil perkebunan kelapa sawit. Peristiwa ini terjadi karena kondisi jalan di wilayah tersebut rusak parah dan tidak bisa dilalui kendaraan roda empat.
Video itu langsung viral di berbagai platform, memunculkan rasa prihatin dari masyarakat luas. Dalam rekaman, terlihat jenazah seorang pria lanjut usia dibaringkan di atas jonder, diselimuti kain putih, dan dijaga oleh sejumlah keluarga yang ikut mengantar. Kendaraan berat itu perlahan melaju melewati jalan berlumpur yang penuh genangan air dan lubang besar.
Kronologi Kejadian
Peristiwa ini terjadi di kawasan Parit Bengkok, Kelurahan Kampung Singkep, Kecamatan Muara Sabak Barat, Kabupaten Tanjungjabung Timur. Menurut informasi dari warga sekitar, jenazah tersebut hendak dibawa menuju rumah anak almarhum di Kelurahan Kampung Laut, Kecamatan Kuala Jambi, yang berjarak sekitar 25 kilometer dari lokasi semula.
Biasanya, perjalanan sejauh itu hanya memakan waktu sekitar 30 menit dengan mobil. Namun, akibat kondisi jalan yang rusak berat dan licin, tidak ada satu pun kendaraan roda empat yang bisa melintas. Akhirnya, warga memutuskan menggunakan jonder sebagai satu-satunya alat transportasi yang masih mampu melewati jalur tersebut.
Roni, warga setempat yang juga merupakan sopir jonder, membenarkan bahwa ia ikut membantu membawa jenazah itu. Menurutnya, keputusan ini diambil setelah warga berembuk karena tidak ada pilihan lain. “Kami tidak tega membiarkan jenazah terlalu lama di rumah. Jalan sudah tidak bisa dilewati mobil. Jadi kami pakai jonder, supaya almarhum bisa segera dimakamkan,” ujarnya.
Jalan Rusak dan Terendam Lumpur
Kondisi jalan di Parit Bengkok memang sudah lama dikeluhkan warga. Jalan tersebut merupakan akses utama yang menghubungkan dua kecamatan penting di Tanjungjabung Timur, yakni Muara Sabak Barat dan Kuala Jambi. Dalam beberapa pekan terakhir, hujan deras yang terus menerus mengguyur wilayah tersebut membuat jalan semakin rusak dan berlumpur.
Berdasarkan keterangan warga, jalan itu sebelumnya masih bisa dilalui kendaraan roda empat dengan perlahan. Namun, karena tidak ada perbaikan dan drainase yang memadai, air hujan menggenang dan membuat jalan berubah menjadi kubangan lumpur dalam. Akibatnya, kendaraan pribadi maupun ambulans sama sekali tidak dapat melintas.
Situasi ini membuat masyarakat di beberapa desa terisolasi. Aktivitas warga menjadi terhambat, termasuk distribusi bahan pokok dan hasil pertanian. Bahkan, siswa sekolah dan pekerja harus menempuh jalur alternatif yang lebih jauh agar bisa sampai ke tujuan.
Reaksi Publik dan Warga Setempat
Video jenazah diangkut menggunakan jonder itu menimbulkan reaksi luas. Banyak netizen mengungkapkan keprihatinan dan kemarahan karena peristiwa semacam ini seharusnya tidak terjadi jika infrastruktur dasar diperhatikan dengan baik. Beberapa pengguna media sosial menandai akun pemerintah daerah dan pejabat publik, meminta agar segera dilakukan perbaikan jalan di kawasan tersebut.
Warga setempat mengaku kondisi seperti ini bukan hal baru. Mereka sudah berkali-kali menyampaikan keluhan kepada pihak berwenang, namun belum ada tindakan konkret yang dilakukan. “Setiap musim hujan, jalan selalu rusak parah. Sudah sering kami sampaikan, tapi tidak pernah benar-benar diperbaiki,” kata salah satu tokoh masyarakat di Kampung Singkep.
Bagi warga, kejadian membawa jenazah dengan jonder adalah bukti nyata betapa sulitnya kehidupan mereka akibat infrastruktur yang tidak memadai. Banyak dari mereka merasa malu sekaligus sedih karena kejadian tersebut harus menjadi viral terlebih dahulu baru mendapat perhatian publik.
Pemerintah Daerah Diharapkan Segera Bertindak
Pasca video viral itu menyebar luas, berbagai pihak mulai menyoroti kondisi infrastruktur di Tanjungjabung Timur. Aktivis sosial dan pemerhati kebijakan publik menilai bahwa kejadian seperti ini merupakan tanda lemahnya perhatian pemerintah terhadap wilayah pedesaan.
Menurut mereka, jalan antar kecamatan seharusnya menjadi prioritas pembangunan karena berfungsi sebagai jalur vital bagi kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat. Jika akses jalan terputus, maka pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, dan logistik juga ikut terganggu.
Pemerintah daerah diminta segera melakukan tindakan darurat untuk memperbaiki jalur tersebut, setidaknya dengan menimbun titik-titik rusak agar kendaraan bisa melintas sementara. Setelah itu, barulah dilakukan perbaikan permanen melalui proyek pembangunan jalan beraspal yang tahan terhadap cuaca ekstrem.
Dampak Sosial dan Kemanusiaan
Peristiwa ini tidak hanya menunjukkan persoalan infrastruktur, tetapi juga menyentuh sisi kemanusiaan. Bagi masyarakat setempat, mengangkut jenazah dengan jonder bukanlah pilihan yang ideal, melainkan langkah terakhir dalam kondisi terdesak. Meskipun terlihat sederhana, tindakan warga itu mencerminkan solidaritas dan gotong royong yang masih kuat di pedesaan.
Namun di sisi lain, kejadian ini juga menggambarkan bagaimana keterbatasan akses bisa memengaruhi proses penting dalam kehidupan masyarakat — mulai dari pengantaran jenazah hingga kegiatan sehari-hari. Banyak warga berharap kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah agar lebih cepat tanggap terhadap kebutuhan dasar rakyatnya.
Penutup: Harapan untuk Perubahan
Kisah viral dari Tanjungjabung Timur ini menjadi potret nyata bahwa akses jalan yang layak bukan hanya soal kenyamanan, tetapi juga soal kemanusiaan. Infrastruktur yang buruk bisa menghambat banyak hal, bahkan dalam situasi paling sakral seperti mengantarkan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir.
Warga berharap, perhatian pemerintah tidak berhenti pada viralnya video saja. Mereka ingin ada tindakan nyata agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Jalan yang baik bukan hanya simbol pembangunan, tetapi juga bukti kepedulian terhadap kesejahteraan rakyat.
Artikel ini menjadi pengingat bahwa pembangunan infrastruktur bukan hanya soal kemajuan ekonomi, tetapi juga tentang memastikan setiap warga — bahkan di pelosok — dapat menjalani hidup dan menghormati kematian dengan layak.

Cek Juga Artikel Dari Platform kalbarnews.web.id

More Stories
Raja Juli Antoni Siap Dievaluasi: Jawaban Menohok saat DPR Singgung Menteri Mundur
Aceh Tamiang Setelah Banjir: Lumpur, Kendaraan Rusak, dan Suasana Mencekam di Tengah Gelap
Aceh Tengah Lumpuh Total: Hanya Akses Udara yang Masih Bisa Digunakan