seputardigital.web.id Media sosial kembali dihebohkan oleh sebuah video yang memperlihatkan seorang pria mengaku dirinya sebagai anak anggota Propam Polda Metro Jaya. Tidak hanya itu, ia juga menyebut sedang menggunakan mobil barang bukti yang dipinjam dari institusi kepolisian. Video tersebut direkam di area parkir sebuah pusat perbelanjaan dan memperlihatkan bagaimana pria itu dicecar pertanyaan oleh beberapa orang terkait keabsahan mobil yang dibawanya.
Dalam rekaman itu, pria tersebut tampak berusaha meyakinkan orang-orang yang memergokinya. Ia mengulang klaim bahwa kendaraan itu adalah mobil yang dipinjamkan kepadanya dan ia memiliki hubungan keluarga dengan anggota Propam. Cara bicaranya terlihat penuh keyakinan, seolah ia sangat yakin bahwa kebohongannya tidak akan terungkap.
Namun, beredarnya video itu justru mengundang kecurigaan. Banyak warganet mempertanyakan apakah seseorang benar-benar bisa membawa mobil sitaan kasus begitu saja. Dalam waktu singkat, publik mulai mencari tahu kebenaran di balik peristiwa tersebut.
Klarifikasi Polda Metro Jaya: Pengakuan Itu Tidak Benar
Setelah video tersebut ramai dibicarakan, Polda Metro Jaya mengambil langkah cepat untuk menelusuri kebenarannya. Melalui Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Budi Hermanto, disampaikan bahwa pihak Propam telah melakukan pemeriksaan internal. Hasilnya: seluruh pengakuan pria dalam video tersebut dipastikan palsu.
Kombes Budi menyatakan bahwa orang tua pria tersebut sama sekali tidak berdinas di Propam Polda Metro Jaya. Dengan kata lain, pria itu tidak memiliki hubungan apa pun dengan institusi yang ia sebutkan. Hal ini sekaligus menegaskan bahwa klaim mobil barang bukti yang dipinjamkan kepadanya juga tidak benar.
Klarifikasi ini langsung mematahkan klaim pria tersebut dan memastikan bahwa tindakannya adalah upaya manipulasi untuk kepentingan pribadi.
Motif Sebenarnya: Menghindari Debt Collector
Setelah identitasnya ditelusuri, terungkap bahwa pria tersebut ternyata sedang menghadapi penagihan dari debt collector. Tekanan dari penagih utang membuatnya mengarang cerita untuk menakuti para penagih agar tidak terus mengejarnya.
Dalam situasi itu, ia berpikir bahwa dengan mengaku anak anggota Propam dan membawa mobil yang diklaim sebagai barang bukti, debt collector akan takut dan pergi. Ia berusaha menciptakan citra bahwa ia “memiliki backing” atau perlindungan hukum, padahal hal itu tidak berdasar sama sekali.
Motif tersebut sangat mungkin terjadi mengingat banyak kasus serupa di mana individu mengaku sebagai anggota keluarga aparat demi menghindari masalah legal atau finansial. Namun aksi pria ini terekam dan menyebar luas, membuat kebohongannya mudah terbongkar.
Kronologi Kejadian di Lokasi Parkiran Mal
Dalam video yang beredar, situasi terlihat cukup tegang. Pria tersebut berdiri di samping mobil, menjawab sejumlah pertanyaan dari orang-orang yang mencurigai kendaraan itu. Mereka menduga mobil tersebut terkait kasus tertentu atau merupakan mobil sitaan yang seharusnya tidak boleh digunakan oleh warga sipil.
Ketika ditanya lebih lanjut, pria itu terlihat semakin gelisah. Namun ia tetap mempertahankan ceritanya dan mencoba bersikap tenang. Ia mengulang kembali bahwa ia meminjam mobil tersebut dan ia adalah anak anggota Propam, seolah hal itu cukup menjadi bukti bahwa ia tidak melakukan kesalahan.
Di sisi lain, orang-orang yang menanyainya terlihat tidak yakin. Keraguan mereka akhirnya memicu penyebaran video itu ke media sosial, hingga akhirnya sampai ke pihak kepolisian dan diuji kebenarannya.
Fenomena Menggunakan Identitas Aparat untuk Menakut-Nakuti
Kasus pria ini bukan peristiwa pertama. Banyak orang yang terdesak masalah sering menggunakan identitas aparat — atau mengaku sebagai keluarganya — demi menyelesaikan masalah dengan cara instan. Sayangnya, tindakan ini sangat berbahaya karena:
- Mencederai kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian.
- Menimbulkan kesalahpahaman yang bisa meresahkan masyarakat.
- Dapat berujung pada proses hukum karena mencatut nama institusi resmi.
Dalam kasus ini, kebohongan pria tersebut tidak hanya mempermalukan dirinya sendiri, tetapi juga menodai nama Propam Polda Metro Jaya karena seolah-olah institusi memberi fasilitas istimewa yang tidak dibenarkan.
Respons Publik: Antara Lelucon dan Kekhawatiran
Ketika video itu viral, reaksi publik cukup beragam. Ada yang menganggap kejadian itu sebagai komedi situasional karena keberanian pria tersebut berbohong di hadapan kamera. Namun banyak juga yang melihatnya sebagai masalah serius karena mencatut nama institusi negara.
Warganet mengingatkan bahwa tindakan tersebut dapat berdampak hukum dan seharusnya tidak ditiru. Penggunaan nama aparat untuk menghindari tanggung jawab dianggap sebagai bentuk penyalahgunaan yang tidak bisa dianggap sepele.
Publik juga menyoroti bagaimana tekanan finansial, terutama ketika berhadapan dengan debt collector, sering membuat seseorang berpikir tidak jernih hingga memilih cara yang salah.
Pelajaran dari Kasus Ini: Kejujuran Tetap Penting
Kasus ini memberikan pelajaran bahwa kebohongan, sekecil apa pun, dapat menimbulkan masalah besar — apalagi jika melibatkan institusi resmi seperti kepolisian. Ketika seseorang berada di bawah tekanan finansial, memilih jalan pintas bukan solusi. Kebohongan yang terekam kamera dan disebarkan ke publik dapat memperburuk situasi berkali-kali lipat.
Polda Metro Jaya mengingatkan masyarakat agar tidak mudah percaya pada klaim yang mencatut nama aparat, dan mengimbau agar setiap permasalahan diselesaikan dengan cara yang benar sesuai hukum.

Cek Juga Artikel Dari Platform carimobilindonesia.com

More Stories
Raja Juli Antoni Siap Dievaluasi: Jawaban Menohok saat DPR Singgung Menteri Mundur
Aceh Tamiang Setelah Banjir: Lumpur, Kendaraan Rusak, dan Suasana Mencekam di Tengah Gelap
Aceh Tengah Lumpuh Total: Hanya Akses Udara yang Masih Bisa Digunakan