seputardigital.web.id Serangkaian hujan ekstrem melanda wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat dalam beberapa hari terakhir. Dampaknya sangat memukul masyarakat karena menyebabkan banjir besar dan pergerakan tanah yang merusak permukiman. Jumlah korban meninggal dunia kini tercatat sudah melampaui 127 orang, sementara puluhan lainnya masih belum ditemukan.
Upaya evakuasi terus dilakukan oleh tim gabungan dari BPBD, TNI, Polri, Basarnas, hingga relawan sipil. Namun medan sulit, kondisi cuaca yang masih tidak stabil, serta akses yang terputus membuat pencarian korban berlangsung lambat. Beberapa daerah bahkan terisolasi akibat jalan yang amblas dan jembatan yang putus.
Warga yang selamat menggambarkan situasi mengerikan saat banjir dan longsor tiba. Banyak yang terjebak di rumah, sebagian kehilangan anggota keluarga, dan ada pula yang selama berjam-jam harus bertahan di atap rumah sambil menunggu pertolongan.
Ribuan Rumah Rusak, Pengungsian Dipenuhi Korban
Tidak hanya menelan korban jiwa, bencana ini juga menghancurkan ribuan rumah. Banyak warga yang kehilangan tempat tinggal, pakaian, dokumen penting, hingga seluruh harta benda. Fasilitas umum seperti sekolah, puskesmas, dan rumah ibadah juga tidak luput dari kerusakan.
Akibatnya, ribuan warga kini mengungsi di balai desa, gedung olahraga, sekolah, hingga tenda darurat. Kondisi di lapangan cukup memprihatinkan. Banyak pengungsi mengaku kekurangan pangan, air bersih, selimut, dan obat-obatan. Beberapa posko mulai penuh sesak, terutama karena lonjakan warga yang harus meninggalkan rumah secara mendadak.
Seorang warga yang dievakuasi sempat mengatakan bahwa banyak pengungsi mengalami stres dan trauma berat. Ada yang menangis karena kehilangan keluarga, ada yang syok melihat rumah yang tergerus banjir, dan tidak sedikit anak-anak yang ketakutan setiap kali mendengar suara hujan deras. Situasi ini menunjukkan bahwa bencana tidak hanya merusak fisik, tetapi juga menghantam psikologis masyarakat secara mendalam.
BMKG Sebut Siklon Senyar sebagai Pemicu Utama
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menjelaskan bahwa hujan ekstrem yang memicu banjir dan tanah longsor ini berkaitan dengan keberadaan Siklon Senyar. Fenomena tersebut menghasilkan peningkatan curah hujan yang luar biasa besar dalam waktu singkat.
Menurut BRIN, Siklon Senyar digolongkan sebagai fenomena langka karena sejatinya wilayah Indonesia jarang terpapar siklon secara langsung. Perairan Indonesia biasanya tidak memiliki kondisi suhu dan tekanan yang mendukung pembentukan siklon. Namun kali ini, anomali cuaca terjadi dan menghasilkan tekanan rendah yang berkembang menjadi siklon yang berpengaruh luas.
Peneliti klimatologi menegaskan bahwa perubahan iklim global berpotensi memperbesar peluang terjadinya fenomena ekstrem seperti ini. Peningkatan suhu laut yang terus terjadi dapat memberi energi lebih banyak bagi atmosfer, sehingga memicu hujan lebat yang intens dan sulit diprediksi.
Kerugian Material Meningkat, Infrastruktur Banyak Lumpuh
Dampak bencana ini juga terlihat dari besarnya kerusakan infrastruktur. Banyak jembatan utama roboh, akses jalan antarwilayah tertimbun material longsor, dan jaringan listrik tidak berfungsi di berbagai titik. Pipa air bersih pun turut rusak dan membuat sebagian warga tidak mendapatkan akses sanitasi layak.
Tim lapangan melaporkan bahwa beberapa daerah perbukitan mengalami retakan tanah besar, yang berarti potensi longsor susulan masih mengancam. Pemerintah daerah telah melakukan penyisiran untuk menutup jalur yang berisiko dan memasang pengumuman darurat agar warga tidak kembali ke area rawan.
Kerugian ekonomi belum sepenuhnya dihitung, namun laporan awal memperkirakan jumlahnya jauh di atas angka sebelumnya. Hilangnya lahan pertanian, ternak, dan fasilitas usaha membuat banyak masyarakat kehilangan mata pencaharian.
Warga Mengalami Trauma Berat: ‘Orang-orang Sudah Depresi, Menangis, Lapar’
Beberapa relawan kemanusiaan menggambarkan kondisi lapangan dengan sangat emosional. Banyak warga yang berada di pengungsian mengalami trauma mendalam. Sebagian besar menangis karena kehilangan keluarga, sementara yang lain merasa putus asa melihat rumah mereka hancur.
Ungkapan “orang-orang sudah depresi, menangis, lapar” menjadi potret nyata bagaimana bencana besar ini memukul psikologis masyarakat. Kondisi minim makanan dan air bersih membuat situasi semakin sulit.
Bantuan memang mulai berdatangan, tetapi akses menuju beberapa wilayah sangat terhambat. Banyak donasi tertahan karena jalan tidak bisa dilalui kendaraan. Tim menggunakan motor trail, rakit, hingga berjalan kaki untuk menjangkau desa-desa yang masih terisolasi.
Pemerintah dan Relawan Berkolaborasi Mengatasi Krisis
Pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten kini terus berkoordinasi mengatur distribusi bantuan. Basarnas memperkuat tim pencarian, sementara TNI dan Polri membantu membuka akses jalan dan melakukan evakuasi.
Organisasi kemanusiaan seperti PMI, ACT, Baznas, dan berbagai komunitas relawan juga turun langsung membawa logistik. Bantuan berupa makanan cepat saji, air bersih, pakaian layak pakai, popok bayi, dan obat-obatan menjadi kebutuhan paling mendesak.
Pemerintah juga mengimbau masyarakat tetap waspada karena cuaca ekstrem diprediksi masih berpotensi terjadi dalam beberapa hari ke depan.
Penutup: Bencana yang Menjadi Peringatan Serius
Banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumut, dan Sumbar bukan hanya bencana sesaat. Kejadian ini membuka mata bahwa kondisi iklim sedang berubah dan risiko bencana ekstrem semakin meningkat. Korban jiwa, kerusakan besar, dan trauma psikologis yang dialami warga adalah peringatan bahwa mitigasi bencana harus diperkuat.
Dengan dukungan berbagai pihak dan pemulihan yang terus berlangsung, diharapkan masyarakat dapat segera bangkit dari situasi ini. Namun jelas bahwa prosesnya tidak akan mudah dan membutuhkan perhatian jangka panjang.

Cek Juga Artikel Dari Platform koronovirus.site

More Stories
Raja Juli Antoni Siap Dievaluasi: Jawaban Menohok saat DPR Singgung Menteri Mundur
Aceh Tamiang Setelah Banjir: Lumpur, Kendaraan Rusak, dan Suasana Mencekam di Tengah Gelap
Aceh Tengah Lumpuh Total: Hanya Akses Udara yang Masih Bisa Digunakan