December 7, 2025

seputardigital

update terbaru informasi teknologi seluruh dunia

Siswa SMPN di Tangerang Selatan Korban Bullying Meninggal Dunia, Keluarga Minta Keadilan

seputardigital.web.id Dunia pendidikan kembali diguncang kabar duka setelah seorang siswa SMP Negeri di Tangerang Selatan, berinisial MH (13), meninggal dunia. Ia sebelumnya dirawat intensif di ruang ICU RS Fatmawati Jakarta Selatan setelah diduga menjadi korban bullying yang terjadi beberapa waktu sebelumnya. Kondisi kesehatan MH memburuk hingga akhirnya nyawanya tidak tertolong.

Kabar meninggalnya MH dibenarkan langsung oleh pendamping hukum keluarga dari Lembaga Bantuan Hukum Korban. Pihak pendamping menyampaikan bahwa keluarga masih berada dalam kondisi terpukul dan berduka atas kehilangan anak mereka. Berita ini menyebar cepat dan mendapat perhatian luas dari masyarakat, terutama karena bullying kembali memakan korban jiwa.


Kronologi Dugaan Perundungan

Kasus ini berawal dari dugaan perundungan yang dialami MH di lingkungan sekolahnya. Menurut informasi yang beredar, MH sempat mengalami tekanan dari sesama siswa seusianya. Insiden yang dialaminya disebut memiliki dampak signifikan pada kondisi fisik dan mental korban.

Keluarga menyampaikan bahwa MH sempat mengeluhkan rasa sakit dan trauma setelah kejadian tersebut. Seiring waktu, kondisi kesehatannya semakin menurun hingga akhirnya dilarikan ke rumah sakit. Meski mendapat perawatan intensif, nyawa MH tidak terselamatkan. Hal ini memperkuat dugaan bahwa tindakan perundungan memiliki kaitan kuat dengan kondisi fisik yang dialami korban.

Pihak sekolah belum memberikan keterangan terbuka secara detail. Namun, kasus ini mendorong publik menuntut investigasi menyeluruh agar fakta sebenarnya dapat terungkap.


Pernyataan LBH Korban dan Langkah Pendampingan

Pendamping dari LBH Korban, Alvian, membenarkan bahwa MH telah meninggal dunia. Ia mengungkapkan bahwa pihaknya sedang mendampingi keluarga untuk memastikan proses hukum berjalan dengan benar. Menurutnya, keluarga MH berharap ada keadilan dan tidak ingin kasus ini tertutup begitu saja.

LBH Korban menilai bahwa perundungan yang dialami MH harus menjadi perhatian serius aparat penegak hukum. Mereka juga mendorong sekolah serta pemerintah daerah untuk menjalankan fungsi perlindungan anak secara maksimal. Menurut pendamping, kematian MH bukan sekadar musibah, tetapi sinyal bahwa sistem pencegahan perundungan di sekolah masih jauh dari efektif.

Alvian menambahkan bahwa pihaknya akan mengawal kasus ini hingga tuntas agar tidak terjadi kejadian serupa terhadap anak-anak lain di masa depan.


Dukungan dan Simpati Publik Mengalir Deras

Setelah kabar meninggalnya MH menyebar, berbagai ungkapan bela sungkawa datang dari masyarakat, aktivis perlindungan anak, dan komunitas pendidikan. Banyak yang merasa terpukul dan marah, mengingat kasus bullying di sekolah telah berulang kali terjadi.

Media sosial dipenuhi dengan seruan untuk memperkuat kampanye anti-bullying. Netizen menyerukan agar seluruh pihak—guru, orang tua, dan pemerintah—turun tangan dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman. Banyak pula yang mendorong sekolah tidak lagi menutupi kasus bullying dengan alasan menjaga nama baik institusi.

Publik menilai bahwa kematian MH harus menjadi momentum perubahan, bukan sekadar kasus yang dilupakan setelah beberapa hari.


Lingkungan Sekolah dan Tanggung Jawab Moral

Kasus ini kembali membuka diskusi besar tentang lingkungan pendidikan di Indonesia. Sistem sekolah sering dianggap belum memiliki mekanisme yang kokoh dalam menangani dan mencegah bullying. Banyak laporan yang menunjukkan bahwa korban sering kali diam, sementara pelaku tidak mendapat pembinaan yang layak.

MH, sebagai siswa kelas I SMP, seharusnya berada di lingkungan yang aman untuk belajar, bertumbuh, dan membangun karakter. Tragedi ini membuat banyak orang bertanya: apakah sekolah sudah menjalankan fungsi perlindungan dengan benar? Apakah para siswa benar-benar merasa aman?

Kematian seorang anak harus menjadi pengingat keras bahwa perundungan bukanlah masalah sepele. Dampaknya bisa merusak kesehatan mental, mempengaruhi fisik, dan dalam kasus tertentu, merenggut nyawa.


Dorongan Pemerhati Anak untuk Reformasi Pencegahan Bullying

Sejumlah lembaga perlindungan anak mendesak pemerintah untuk memperkuat regulasi serta penanganan kasus bullying di sekolah. Mereka menilai bahwa pendidikan karakter harus diperkuat, guru wajib mendapatkan pelatihan khusus, dan setiap sekolah harus memiliki mekanisme pelaporan yang aman dan tidak mengintimidasi korban.

Menurut para pemerhati, kasus ini menunjukkan perlunya kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan pemerintah. Jika sistem tidak diperbaiki, perundungan akan terus terjadi dan bisa kembali menelan korban di masa mendatang.


Keluarga MH Berduka dan Minta Pengusutan Tuntas

Saat ini, keluarga MH tengah berduka mendalam. Mereka kehilangan anak yang seharusnya masih menikmati masa-masa sekolah dan tumbuh dewasa. Harapan keluarga sederhana: keadilan bagi MH. Mereka ingin pelaku dan pihak yang lalai bertanggung jawab sesuai aturan yang berlaku.

LBH Korban memastikan bahwa mereka akan mendampingi seluruh proses hukum dan administratif. Keluarga berharap tragedi ini dapat membuka mata semua pihak bahwa bullying bukan sekadar kenakalan remaja, tetapi masalah serius yang memerlukan tindakan tegas.


Penutup: Tragedi yang Harus Jadi Pelajaran Nasional

Kematian MH menjadi peringatan keras bagi sistem pendidikan Indonesia. Bullying bukan hanya melukai perasaan anak, tetapi juga berpotensi merenggut nyawa. Semua pihak memiliki peran untuk memastikan tragedi serupa tidak terjadi lagi.

Kini, masyarakat menunggu langkah tegas dari pihak sekolah, kepolisian, dan pemerintah daerah untuk mengusut kasus ini hingga tuntas. Seorang anak telah pergi, dan keadilan untuk MH harus menjadi prioritas utama.

Cek Juga Artikel Dari Platform medianews.web.id