November 19, 2025

seputardigital

update terbaru informasi teknologi seluruh dunia

TKA SMA 2025, Kemendikdasmen Imbau Siswa Tak Cari Bocoran Soal

seputardigital.web.id Pelaksanaan Tes Kemampuan Akademik (TKA) SMA 2025 resmi digelar di berbagai sekolah di seluruh Indonesia. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) mengingatkan agar siswa peserta ujian tidak tergoda mencari bocoran soal atau trik curang lainnya menjelang pelaksanaan.

Pernyataan ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Gogot Suharwoto. Ia menekankan bahwa fokus utama siswa seharusnya bukan pada bocoran soal, melainkan pada pemahaman konsep belajar. Menurutnya, TKA dirancang untuk mengukur kemampuan berpikir, bukan sekadar hafalan.

TKA Gantikan Ujian Nasional

TKA hadir sebagai pengganti Ujian Nasional (UN) yang sebelumnya menjadi standar kelulusan. Perubahan ini merupakan bagian dari kebijakan Merdeka Belajar yang dicanangkan pemerintah untuk mendorong pembelajaran berbasis kompetensi dan berpikir kritis.

Dalam pelaksanaannya, TKA terdiri dari tiga mata pelajaran wajib yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Selain itu, siswa juga dapat memilih dua mata pelajaran tambahan sesuai minat, jurusan, atau arah karier masa depan mereka, seperti Fisika, Ekonomi, atau Sosiologi.

Sistem Soal TKA yang Berbeda Tiap Peserta

Gogot menjelaskan bahwa sistem pelaksanaan TKA sudah dirancang agar setiap peserta mendapatkan soal yang berbeda. Soal diacak secara otomatis oleh sistem komputer yang terhubung ke jaringan pusat.

“Setiap laptop memiliki soal berbeda, begitu juga token ruangan. Tidak ada dua siswa yang mendapatkan set soal sama,” kata Gogot. Ia memastikan langkah ini dilakukan untuk menjamin integritas dan keadilan ujian nasional tanpa peluang kebocoran.

Fokus pada Persiapan dan Strategi Belajar

Kemendikdasmen menyarankan agar siswa mengalihkan energi mereka untuk belajar dan berlatih soal latihan resmi. Gogot menegaskan bahwa persiapan mental dan strategi belajar lebih penting dibanding mencari bocoran yang tidak ada gunanya.

Menurutnya, siswa yang terbiasa berpikir logis dan memahami konsep dasar akan lebih mudah menjawab soal TKA. “Yang penting bukan hafal rumus, tapi paham cara berpikirnya,” tambahnya. Ia juga menekankan pentingnya latihan simulasi agar siswa terbiasa dengan sistem ujian berbasis komputer.

Guru dan Sekolah Diminta Dampingi Siswa

Selain pesan untuk siswa, Gogot juga mengingatkan para guru dan pihak sekolah agar aktif mendampingi siswa dalam proses persiapan. Guru diharapkan memberikan bimbingan belajar yang adaptif dan berorientasi pada pemahaman konsep.

Sekolah juga diimbau menciptakan lingkungan yang mendukung semangat belajar. Misalnya dengan menyediakan ruang latihan TKA berbasis komputer dan kegiatan diskusi kelompok. Pendampingan ini diharapkan membuat siswa lebih percaya diri dan siap menghadapi ujian tanpa tekanan berlebihan.

Penerapan Teknologi di Setiap Sekolah

Pelaksanaan TKA tahun ini menggunakan sistem komputerisasi penuh. Setiap sekolah penyelenggara telah dibekali jaringan internet, token pengaman, serta sistem enkripsi untuk menjaga kerahasiaan soal.

Kemendikdasmen memastikan bahwa keamanan digital menjadi prioritas utama. “Sistem kami telah diuji untuk mencegah upaya peretasan atau penyebaran soal,” ujar Gogot. Selain itu, tim teknis disiagakan di setiap daerah untuk mengantisipasi gangguan koneksi selama ujian berlangsung.

TKA Sebagai Penilaian Kecakapan Berpikir

Berbeda dengan ujian tradisional, TKA menilai kemampuan siswa dalam berpikir analitis dan pemecahan masalah. Soal dirancang untuk menilai kemampuan memahami konteks dan mengaitkan konsep antar pelajaran.

Misalnya, dalam soal sains, siswa diminta menjelaskan fenomena sehari-hari menggunakan teori ilmiah. Sementara di bidang sosial, siswa diuji untuk menganalisis kasus ekonomi atau budaya dengan pendekatan kritis. Pola ini dinilai lebih relevan dengan kebutuhan dunia kerja dan pendidikan tinggi masa kini.

Tanggapan Siswa dan Guru di Lapangan

Banyak siswa menyambut positif perubahan sistem ini. Mereka menilai soal TKA lebih menantang, tetapi tetap relevan dengan pembelajaran di sekolah. Beberapa siswa mengatakan sistem komputer membuat ujian terasa modern dan efisien.

Sementara itu, guru juga merasa terbantu dengan format baru. Mereka dapat mengukur kemampuan siswa secara objektif dan mengidentifikasi bidang yang perlu ditingkatkan. “Sekarang anak-anak tidak bisa menebak soal. Mereka harus benar-benar paham materi,” ujar salah satu guru di Jawa Barat.

Antisipasi Stres dan Tekanan Akademik

Kemendikdasmen juga menyoroti pentingnya kesehatan mental siswa selama masa ujian. Gogot meminta sekolah dan orang tua tidak memberikan tekanan berlebihan. “Kami ingin anak-anak menjalani ujian dengan tenang dan percaya diri,” ujarnya.

Untuk mendukung hal itu, beberapa sekolah telah menyediakan konseling akademik dan sesi relaksasi sebelum ujian. Dengan cara ini, siswa dapat menjaga fokus dan mengurangi kecemasan selama mengikuti TKA.

Tujuan Besar: Menyiapkan Generasi Kompeten

TKA bukan sekadar pengganti ujian nasional, tetapi bagian dari transformasi pendidikan Indonesia. Pemerintah ingin memastikan bahwa setiap siswa lulus dengan kemampuan berpikir kritis dan siap menghadapi dunia nyata.

Kemendikdasmen berharap ke depan, sistem ini bisa membantu mengidentifikasi potensi setiap individu sejak dini. Dengan demikian, pendidikan tidak lagi sebatas hafalan, tetapi menjadi sarana untuk menumbuhkan kecerdasan, karakter, dan semangat belajar seumur hidup.

Cek Juga Artikel Dari Platform radarjawa.web.id